Breaking

Senin, 25 Mei 2015

Mas Ivan; duka dalam asmara

Mas Ivan, sosok pria 40 tahun ini mencoba tegar menghadapi pahitnya kehidupan. Selain fisiknya yang tak kunjung pulih pasca kecelakaan yang menimpanya di tahun 1994, depresi berat juga pernah menimpanya.
Beberapa bulan sebelum kecelakaan, dia bersama kekasihnya sudah mempersiapkan pernikahan mereka. Mas Ivan seorang pemuda yang rajin dan terbilang sukses. Dia bekerja di Asuransi “Jiwasraya”. 4 tahun bekerja dia sudah mendapat jabatan yang tinggi. Kegigihannya, menjadikannya sebagai orang kepercayaan atasan. Wanita mana yang tidak terpesona, selain tipe pria pekerja keras, mas Ivan juga dikenal tajir dengan penghasilannya kala itu. Banyak gadis Bangil yang berharap bisa menjadi pasangan hidupnya. Namun dari sekian banyak gadis, beliau menjatuhkan pilihannya hanya kepada seorang. Sebut saja fanny, dialah gadis belia pilihan mas Ivan.

Fanny, seorang gadis cantik, baik hati dan sangat pengertian. Kurang lebih setahun berpacaran dengan mas Ivan, mereka telah merasa saling cocok satu sama lain. Mereka putuskan dua bulan kedepan untuk naik ke pelaminan.

Segala kebutuhan mulai mereka persiapkan, mulai dari kebutuhan untuk akad nikah sampai ke acara pesta pernikahannya. Keduanya terlihat sangat bahagia dalam kesibukannya.

Waktu itu tepat 15 juni 1994. Mas Ivan, orang kepercayaan atasannya itu telah pulang usai bekerja di kantor. Sore itu tiba-tiba dia ditelfon bosnya untuk mengambil barangnya yang tertinggal di kantor. Tanpa pikir panjang, karena ini perintah bosnya, maka dia bergegas menuju kantornya yang berjarak kurang lebih 50Km dari rumahnya.

Panggilan adzan maghrib menyeru seluruh warga masyarakat kota santri bangil untuk mandatangi masjid. Berbeda dengan mas Ivan, meski ibunya telah melarangnya untuk pergi ke kantor lagi, karena tiba waktu shalat magrib. Mas Ivan si pekerja keras itu lebih memilih panggilan bosnya dibanding panggilan untuk shalat magrib. “Van, mau kemana? Shalat maghrib dulu, jama’ah di masjid !” seru ibunya. “ini bos manggil bu, penting, nanti shalat di kantor saja” sahut mas Ivan. Meski dilarang pergi oleh ibunya, dia tetap nekat pergi saat adzan magrib itu. Karena terburu-buru, dia pun ngebut agar segera tiba di kantornya. Di pertengahan jalan menuju kantornya, entah kenapa pandangannya tidak jelas. Mungkin tertutupi asap knalpot dari truk besar di depannya. Mas Ivan dengan motornya yang melaju kencang, tiba-tiba tak melihat apa yang didepannya. Meskipun sudah berusaha menghindar, namun nasib tak bia dia lawan. Kecepatannya yang terlalu tinggi ditambah penglihatan yang kurang jelas, hingga akhirnya “bruack” dia menabrak bodi belakang truk besar yang sedang berhenti di tepi jalan. Mas Ivan terpental 15 meter dan langsung tak sadarkan diri. Tubuhnya luka parah, terkapar di tengah jalan raya. Tak banyak orang yang menolongnya, karena itu jalan besar dan tak dekat dengan perkampungan. Mas Ivan tetap tak sadarkan diri meski telah dibawa ke RSUD Kabupaten Pasuruan.

Tangisan keluarga terus berlinang, sebulan lebih dia dirawat di rumah sakit, namun tak kunjung sadarkan diri. Meski detak jantung dan nadinya masih bergerak namun keluarga cemas dan pesimis mas Ivan akan kembali sembuh. Keluarganya putus asa mengharap kesembuhan mas Ivan dan akhirnya berkeputusan membawanya pulang ke rumah. Di rumahnya, beberapa kali diundang warga untuk berdo’a bersama, mendo’akan kesembuhan mas Ivan. Berbagai pengobatan telah di coba sebagai wujud usaha menyembuhkannya. Namun, lagi-lagi putus asa menyelimuti hati keluarganya, karena kesembuhannya tak kunjung tiba.

Jalan terakhir yang diambil keluarga adalah membawanya ke pengobatan pijat alternatif. Keluarganya berdo’a agar pijat di salah seorang tabib di Bangil ini yang dapat membawanya mencapai kesembuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar