Pagi-pagi setelah subuh, Mas Ivan , begitu
panggilan akrabnya, sudah berkeringat mengayuh sepeda pancalnya. Dia bersegera
menuju ke pasar Bangil, untuk membuka kios kecilnya.
Mas Ivan adalah seorang penjual koran. Ia tak seperti pria normal pada umumnya yang mampu bekerja keras. Setelah lebih dari 10 tahun lalu dia mengalami kecelakaan yang membuatnya satu bulan lebih tidak sadarkan diri, hingga kini fisiknya tak kunjung pulih. Kakinya pincang, sedang tangan kanannya sudah tidak dapat berfungsi normal.
Mas Ivan adalah seorang penjual koran. Ia tak seperti pria normal pada umumnya yang mampu bekerja keras. Setelah lebih dari 10 tahun lalu dia mengalami kecelakaan yang membuatnya satu bulan lebih tidak sadarkan diri, hingga kini fisiknya tak kunjung pulih. Kakinya pincang, sedang tangan kanannya sudah tidak dapat berfungsi normal.
Dari berjualan koran, mas Ivan setiap hari
bisa mendapatkan untung kurang lebih 25 ribu rupiah. Namun jika korannya semua
laku terjual. Bila tidak, terkadang dia malah harus mengeluarkan uang
tabungannya untuk setoran. “ya malah rugi kadang-kadang” tutur beliau dengan senyum
santai.
Dengan kondisi yang seperti ini, mas Ivan
tetap bersyukur, karena masih diberikan kesehatan, meskipun secara ekonomi
harus merasakan kesulitan. Belum lagi beliau juga harus membiayai kehidupan
keluarganya. Istrinya yang juga tak bisa bekerja semakin membuat kondisi
ekonominya semakin terhimpit.
Penghasilan yang sangat kecil, membuat mas
Ivan bekerja sambilan. Dia juga seorang ustadz yang mengajar TPQ. Setiap sore 3
kali seminggu dia mendapat jatah untuk mengajar disebuah TPQ “Al-Muhajiriin”.
Honor TPQ tak terlalu besar dan tak tentu, hanya terkadang beliau mendapat
shadaqah dari wali santri yang simpati dengannya.
Mas Ivan juga tercatat sebagai ta’mir masjid
Al-Hidayah Bangil. Hampir disetiap menjelang waktu shalat dia selalu
menyempatkan untuk membersihkan masjid serta mnjadi mu’adzin di masjid
tersebut.
Dengan kondisi fisiknya yang tidak sempurna,
mas Ivan beberapa kali menjadi korban penipuan dan penjambretan. Para pelaku
memanfaatkan fisik korban yang lemah untuk melancarkan aksinya. Akibatnya
ratusan ribu hasil kerja yang dikumpulkannya beberapa minggu harus ra’ib dibawa
pencuri.
Lagi-lagi mas Ivan masih bersyukur, “mungkin itu
balasan dari kesalahan ku dulu sebelum sakit ini”, tuturnya sambil menceritakan
sedikit tentang masa lalunya yang sangat mengejar harta dan dunia.
“Kini saya sadar, hidup ini bukan hanya untuk mencari rupiah”. “Semoga dengan keadaan saya yang sekarang, saya bisa lebih dekat pada Ilahi serta mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat”.
“Kini saya sadar, hidup ini bukan hanya untuk mencari rupiah”. “Semoga dengan keadaan saya yang sekarang, saya bisa lebih dekat pada Ilahi serta mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar