![]() |
Ilustrasi |
Jumlah Petani di Indonesia terus menurun, berdasarkan
hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga
pengguna lahan menurun sebesar 4.668.316 (15,35%) rumah tangga dalam satu
dekade. Menurunnya jumlah petani besar kemungkinan akan berpengaruh terhadap menurunnya
produksi pangan, yang dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya krisis
pangan.
Menurunnya Jumlah petani disebabkan oleh beberapa
faktor, yang dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi faktor ekonomi, dimana petani seringkali mengalami kerugian
dalam menjalankan usaha tani, dan faktor yang kedua adalah mindset petani,
bahwa profesi petani di Indonesia diidentikkan dengan kemiskinan, kurang
pendidikan dan profesi orang tua. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang
dari luar individu petani, yaitu faktor alam dan faktor konversi lahan yang
disebabkan oleh kebijakan pembangunan.
Mengingat profesi bertani sangat bergantung pada alam,
bencana alam seperti kekeringan, longsor dan banjir, ditambah lagi ledakan hama
yang sering terjadi, mengakibatkan petani mengalami gagal panen bahkan
kehilangan lahan garapannya. Di Indramayu Jawa Barat, akibat dari kekeringan
yang melanda pada tahun 1990-2008 menyebabkan penurunan produksi (gagal panen)
padi sebesar 24.376,4 ton per tahun. Akibatnya petani mengalami kerugian besar.
Di titik itulah petani memilih meninggalkan profesinya.
Faktor terakhir adalah faktor konversi lahan, angka
konversi lahan di pulau Jawa, sebagai penyumbang 53% pangan Nasional, terus
meningkat, rata-rata tiap tahun 7.923 hektar lahan sawah di Jawa harus
dikonversi menjadi bangunan. Ironisnya, konversi lahan yang terjadi adalah
dampak dari kebijakan pembangunan. Akibatnya, petani kehilangan lahan
garapannya, dan terpaksa harus mencari profesi lainnya. Setidaknya, kebijakan
pembangunan yang menggusur lahan tersebut harus bertanggungjawab atas menurunnya
jumlah petani di Indonesia.
Selengkapnya :
Download pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar